Tuesday, March 17, 2020

CRASH 2020 - GRAY MONDAY 9 MARET 2020.Wall Street Kembali Catat Hari Terburuk Sejak "Black Monday" 1987

Wall Street Kembali Catat Hari Terburuk Sejak "Black Monday" 1987
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
17 Maret 2020
Upaya Bank Sentral AS dan Presiden Trump untuk mengatasi dampak Corona gagal meyakinkan pasar.
     
tirto.id - Saham-saham di bursa Wall Street kembali mencetak penurunan terburuknya, sejak crash pada Black Monday tahun 1987. Keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga, dan beragam insentif yang dijanjikan pemerintahan Trump, gagal untuk meyakinkan pasar.
Pada perdagangan Senin (16/3/2020), indeks Dow Jones ditutup melemah hingga 2.997,1 poin (12,93%) ke level 20.188,52. Indeks S&P 500 anjok 324,89 poin (11,98%) ke level 2.386,13, Nasdaq melemah 970,28 poin (12,32%) ke level 6.904,59.
Perdagangan juga sempat dihentikan selama 15 menit, sesaat setelah pembukaan setelah S&P 500 anjlok 8%, melebihi batas penurunan 7% yang lantas memicu penghentian sementara. Seperti dilansir dari Reutes, indeks S&P 500 kehilangan kapitalisasi pasarnya hampir 2,69 triliun dalam sehari. Indeks S&P 500 kini berada di titik terendahnya sejak Desember 2018.
Sementara Dow Jones tercatat sudah turun hingga 31,7% dari titik tertingginya. S&P 500 dan Nasdaq 29% lebih rendah dari rekor tertingginya pada bulan lalu.
Penurunan Dow Jones merupakan yang terburuk sejak “Black Monday". Saat itu, indeks anjlok lebih dari 22%.
Penurunan saham-saham terjadi meski sehari sebelumnya, Bank Sentral AS (The Fed) memangkas tingkat suku bunganya hingga mendekati nol persen. Ini merupakan kebijakan darurat kedua yang diambil The Fed dalam kurun waktu selama dua pekan, untuk merespons gejolak ekonomi akibat merebaknya wabah Corona.
Investor khawatir kebijakan yang dirilis The Fed tak cukup kuat untuk menahan dampak penyebaran Corona yang semakin meluas di AS dan juga dunia.
Saham-saham semakin melemah setelah Presiden AS Donald Trump meminta warganya untuk menghentikan sementara aktivitas sosial selama 15 hari, dan tidak melakukan perkumpulan lebih dari 10 orang. Kebijakan itu diambil sebagai upaya untuk meredam penyebaran virus Corona di AS.
Trump juga menyatakan, wabah itu kemungkinan bisa berlanjut hingga Agustus. Ia menambahkan, AS mungkin sedang bergerak menuju resesi.
“Jika [wabah Corona] bertahan hingga Juli dan Agustus, hal itu berarti kita mungkin memiliki kontraksi [ekonomi] pada kuartal kedua dan ketika, dan itu berarti resesi," kata Liz Young, analis dari BNY Mellon, seperti dilansir dari CNBC.

Baca juga:


Baca juga artikel terkait WALL STREET atau tulisan menarik lainnya Nurul Qomariyah Pramisti
(tirto.id - nqm/nqm)
                                               
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti

Add caption
Add caption


Tuesday, March 10, 2020

CRASH 2020 GRAY MONDAY 9 MARET 2020.TERBURUK SEJAK CRASH 2008

Anjlok Lebih dari 7 Persen, Wall Street Cetak Rekor Terburuk Sejak Krisis 2008
10 Mar 2020, 04:47 WIB - Oleh: Rivki Maulana
       

Michael Nagle / BloombergTanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS.
Bisnis.com, JAKARTA - Senin 9 Maret 2020 menjadi hari yang kelabu bagi bursa Amerika Serikat. Pasar saham anjlok lebih dari 7,5 persen, terburuk sejak krisis keuangan 2008 lalu. 
Dilansir dari Bloomberg, kejatuhan bursa AS dipicu perang harga minyak dan kegelisahan investor terhadap penyebaran virus corona. Imbal hasil obligasi AS pun anjlok sementara harga minyak mentah merosot 20 persen.
Indeks S&P 500 terjerembab paling dalam sejak Desember 2008. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga jatuh hingga 2.000 poin dan saham-saham berkapitalisasi kecil turun lebih dari 9 persen karena investor melarikan modal mereka dari aset berisiko. 
Ini terjadi di tengah kenaikan jumlah kasus virus corona.Investor berteriak-teriak meminta tanggapan dari pemerintahan Donald Trump yang sejauh ini mengisyaratkan mereka yakin penyebaran virus corona akan terkendali.
Hampir semua perusahaan, kecuali sembilan emiten di indeks S&P 500 mengalami penurunan harga. Exxon Mobil dan Chevron turun lebih dari 12 persen sedangkan saham-saham perbankan anjlok 11 person. Saham Apple juga merosot 7,9 persen dan Dow Chemical ambles 22 persen.
Indeks S&P ditutup melemah 7,6 persen ke level 2.746,56 sedangkan indeks DJIA turun 7,79 persen ke posisi 23.851,76. Setali tiga uang, Nasdaq Composite Index (CCMP) juga tersungkur 7,29 persen ke posisi 7.950,68. Dalam satu bulan, S&P 500, DJIA, dan CCMP telah terkoreksi lebih dari 15 persen.
Di awal perdagangan, yaitu pada pukul 09.34 waktu New York, AS atau 21.34 WIB, Wall Street melakukan penghentian perdagangan sementara selama 15 menit untuk mencegah kepanikan pasar lebih besar seperti pada krisis 2008 lalu.
Hingga pukul 21.35 WIB, indeks S&P 500 terpantau melemah 5,15 persen atau 153,12 poin ke level 2.797,91. DJIA dan CCMP juga terkoreksi masing-masing 5,48 persen dan 5,3 persen. 
"Pasar siap dan rentan terhadap volatilitas ini dan minyak mentah baru saja memperburuknya," kata Randy Frederick, wakil presiden perdagangan dan turunan untuk Schwab Center for Financial Research. 
"Virus corona itu sendiri telah menjadi penyebab utama koreksi, tetapi sekarang sedang dibesar-besarkan lebih jauh," ujar nya seperti dilansir dari Bloomberg.
Presiden Donald J. Trump dan tim ekonominya akan mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengatasi dampak dari virus corona dan kejatuhan harga minyak yang berlangsung tiba-tiba. Langkah tersebut antara lain adalah opsi pendanaan untuk pendanaan orang sakit dan bantuan untuk produsen energi AS yang tengah terpukul. 
“Ketika ada kepanikan, cenderung tidak ada penentuan harga aset yang akurat,” Kristina Hooper, kepala strategi pasar global Invesco, mengatakan dalam sebuah wawancara di kantor pusat Bloomberg di New York. 
“Aksi jual hari ini bagi saya merupakan simbol dari itu. Ini benar-benar reaksi spontan terhadap apa yang terjadi selama akhir pekan," tukasnya.